PENGERTIAN PRASANGKA SOSIAL
Prasangka sosial (social prejudice)
merupakan gejala psikologi social.
Prasangka sosial adalah suatu sikap
negative yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain
atau kelompok lain.
Beberapa ahli meninjau pengertian
prasangka sosial dari berbagai sudut :
Kimball Young
Prasangka adalah mempunyai ciri khas
pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh kuatnya in group dan out group.
Sherif and Sherif
Prasangka sosial adalah suatu sikap
negatif para anggota suatu kelompok,
berasal dari norma mereka yang pasti, pada kelompok lain beserta anggotanya.
Brehm dan Kassin (1993)
Prasangka adalah perasaan negative
yang dijukan terhadap seseorang berdasar semata-mata pada keanggotaan mereka
dalam kelompok tertentu.
HUBUNGAN PRASANGKA SOSIAL DAN
STEREOTIP
Adanya prasangka social itu
bergandengan pula dengan adanya yang disebut “stereotip”, yang merupakan
gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang
golongan lain yang bercorak negative. Stereotip mengenai orang lain itu sudah
berbentuk pada orang yang berprasangka, sebelumnya ia mempunyai kesempatan
untuk bergaul sewajarnya dengan orang-orang lain yang dikenakan prasangka itu.
Biasanya pula stereotip itu berbentuk padanya berdasarkan keterangan-keterangan
yang kurang lengkap dan subyektif. Sebuah contoh mengenai stereotip itu
misalnya, gambaran orang Amerika Serikat berkulit putih dibagian selatan,
mengenai sifat dan watak orang Negro, dimana antara lain tercantum anggapan
bahwa semua orang Negro itu bodoh, kurang ajar dan tidak berkesusilaan. Peranan
stereotip pada orang yang berprasangka itu sangat besar dalam pergaulan
sosialnya dengan orang Negro itu sendiri. Dalam pada itu, maka stereotip
menentukan sikapnya terhadap semua orang Negro terlepas daripada tingkat
pendidikan, tingkat social ekonominya atau tingkat kebudayaannya pada umumnya.
Dan gambaran stereotip itu tidak mudah berubah serta cenderung untuk
dipertahankan orang berprasangka, juga apabila mereka pernah bergaul dengan
orang Negro yang intelligent, berwatak tinggi, terdidik dan maju dalam
perkembangannya. Dalam hal itu mereka yang berprasangka menganggap orang Negro
yang maju itu sebagai suatu pengecualian daripada orang Negro-Amerika pada umumnya
yang mempunyai sifat-sifatnya seperti yang tercantum pada stereotip itu.
Walaupun demikian stereotip dan
prasangka social itu dapat pula berubah ialah dengan usaha-usaha intensif
secara langsung, ataupun karena perubahan keadaan masyarakat pada umumnya
misalnya karena peperangan, revolusi dan lain-lainnya.
SEBAB-SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA
SOSIAL
Orang tidak begitu saja secara
otomatis berprasangka terhadap orang lain. Tetapi ada faktor-faktor tertentu
yang menyebabkan ia berprasangka. Prasangka disini berkisar pada masalah yang
bersifat negative terhadap orang (kelompok) lain. Ada beberapa factor yang menyebabkan
timbulnya prasangka.
Orang berprasangka dalam rangka
mencari kambing hitam. Dalam berusaha, seseorang mengalami kegagalan atau
kelemahan. Sebab dari kegagalan itu tidak dicari pada dirinya sendiri tetapi
pada orang lain. Orang inilah yang dijadikan kambing hitam sebagai sebab
kegagalannya.
Misalnya : terjajah dengan penjajah
Orang berprasangka, karena memang ia
sudah dipersiapkan di dalam lingkungannya atau kelompoknya untuk berprasangka.
Misalnya : seorang anak Amerika
(kulit putih) ia dilahirkan di dalam keluarga kulit putih. Di dalam keluarga
itu sudah dianut atau ditegakkan suatu norma tertentu yaitu bahwa orang Negro
itu pemalas, bodoh, tak tahu kesusilaan dan kotor.
Prasangka timbul karena adanya
perbedaan, dimana perbedaan ini menimbulkan perasaan superior. Perbedaan disini
bisa meliputi :
a. Perbedaan
fisik/biologis, ras.
Misalnya : Amerika Serikat dan Negro
b. Perbedaan lingkungan/geografis
Misalnya : orang kota dan orang desa
c. Perbedaan kekayaan
Misalnya : orang kaya dan orang miskin
d. Perbedaan status
social
Misalnya : majikan dan buruh
e. Perbedaan
kepercayaan/agama
f. Perbedaan norma
social
Prasangka timbul karena kesan yang
menyakitkan atau pengalaman yang tak meyenangkan
Misalnya : bangsa yang dijajah
denganm bangsa penjajah.
Prasangka timbul karena adanya
anggapan yang sudah mejnadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungan
tertentu.
Misalnya : orang selalu berprasangka
terhadap status ibu tiri, atau anak tiri.
Mengenai prasangka ini terdapat
beberapa teori yang satu dengan yang lain berpijak pada pendapat yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Teori-teori tersebut ada yang berpusat pada
bagaimana prasangka terbentuk disamping adanya teori yang berpijak pada
bagaimana prasangka itu dapt memotivasinya untuk memenuhi kebutuhan dari yang
bersangkutan. Disamping itu ada teori yang mendasarkan diri pada proses
kognitif. Teori-teori tersebut dapat dikemukakan :
Teori belajar social
Yaitu yang mendasarkan diri tentang
terbentuknya prasangka.
Teori Motivasional
Yaitu yang memusatkan diri pada
masalah motivasi bahwa prasangka dapat memenuhi untuk mencapai kesejahteraan
dari yang bersangkutan.
Teori kognitif
Yaitu sebagai dasar terbentuknya
prasangka.
USAHA MENGURANGI PRASANGKA SOSIAL
Usaha-usaha memerangi prasangka
social antar golongan itu kiranya jelas harus dimulai pada didikan anak-anak di
rumah dan di sekolah oleh orang tua dan gurunya. Dalam pada itu hendaknya
dihindarkan pengajaran-pengajaran yang dapat menimbulkan prasangka-prasangka
social terebut dan ajaran-ajaran yang sudah berprasangka social. Tetapi juga
penerangan-penerangan yang menggunakan alat-alat komuikasi massa,
seperti surat
kabar, radio, film, televise dan lain-lain, mempunyai peranan besar dalam hal
itu. Terutama penerangan yang memberi pengertian dan kesadaran mengenai
sebab-sebab terjadinya, dipertahankannya, dan mengenai kerugian prasangka social bagi masyarakat sebagai
keseluruhan dan bagi anggota-anggotanya.
Prasangka itu sebenarnya adalah
karena salah sangka, miss informasi, miss komunikasi, dan miss interpretasi.
Oleh karena itu usaha untuk mengurangi prasangka tetap dapat dijalankan,
dikembangkan dan diusahakan perbaikannya. Usaha menghilangkan/mengurangi
prasangka ini dibedakan :
Usaha preventif : ini berapa usaha jangan sampai orang (kelompok) terkena prasangka.
Menciptakan situasi atau suasana yang tentram, damai, jauh dari rasa
permusuhan. Melainkan dalam arti lapang dada dalam bergaul dengan sesame
manusia meskipun ada perbedaan. Perbedaan bukan berarti pertentangan.
Memperpendek jarak social sehingga tidak sempat timbul prasangka. Usaha semacam
ini terutama harus dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, guru terhadap
anak didiknya, masyarakat, mass media dan sebagainya.
Usaha curatif
: usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka. Usaha disini berupa
usaha menyadarkan. Prasangka adalah hal yang selalu merugikan tidak ada hal
yang bersifat positif bagi kehidupan bersama. Justru adanya prasangka itu fihak
luar/fihak ketiga malahan dapat menarik keuntungan, dengan jalan memperalat
atau menimbulkan suasana panas dan kacau dari golongan yang berprasangka
terhadap golongan yang dipasangkai demi keuntungan pihak ketiga.
Ada juga pendapat yang dikemukakan
oleh Allport, untuk mengurangi prasangka yang ada langkah yang dapat diambil
adalah dengan cara mengadakan direct intergroup contact atau yang
dikenal dengan contact theory yaitu kontak atau hubungan secara langsung
secara berkesinambungan atau berkelanjutan akan mengurangi prasangka yang ada.
Di samping itu juga dengan cara mengadakan kerjasama atau cooperative
interdependence yaitu anggota suatu kelompok yang berprasangka terhadap
kelompok lain, diadakan kerjasama dalam suatu kerja untuk mencapai tujuan
bersama, mereka saling bergantung satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan
bersama tersebut. Dengan cara demikian mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, sehingga mereka tahu dengan tepat keadaan kelompok yang satu dengan
keadaan kelompok yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar